8 Cara Mengajarkan Toilet Training Pada Anak


Mengajarkan Toilet Training Pada Anak

Pada masa awal kehidupannya, anak menjalani hidup dengan senantiasa belajar. Anak perlu diajarkan dan diberikan stimulasi agar anak lebih mudah dalam menapaki dan mengetahui norma-norma yang ada. Mengajarkan Toilet Training Pada Anak juga sangat penting agar anak mengetahui bahwa tempat untuk pipis/BAB adalah di kamar mandi. Orangtua harus senantiasa sabar dalam membimbing dan mendampingi anak agar mereka dapat tumbuh menjadi anak yang mandiri.

Mengajarkan Toilet Training Pada Anak

Mungkin untuk awal, mereka akan ngompol atau buang air besar (BAB) di celana. Tidak masalah, inilah proses belajar mereka yang harus orangtua bimbing dengan kesabaran dan tidak putus asa. Agar anak-anak dapat memahami tempat buang air yang sebenarnya adalah di kamar mandi, anak membutuhkan stimulasi-stimulasi dari orangtua. Anak Tidak bisa dilepaskan begitu saja agar mengerti dengan sendirinya tentang hal ini, peran orangtua sangat diperlukan untuk memberikan pembelajaran tentang toilet training kepada anak.

Di bawah ini beberapa Cara Mengajarkan Toilet Training Pada Anak, yaitu :

1. Pastikan kesiapan balita

Balita diperkirakan siap melakukan toilet training ketika mereka sudah mampu duduk, berdiri tegak, memahami perintah atau komunikasi sederhana, dan bisa menyampaikan keinginannya. Umumnya pada usia 18 - 24 bulan.

2. Pastikan kesiapan fisik dan mental orang tua

Dalam melatih toilet training pada balita sangat dibutuhkan tenaga dan kesabaran lebih dari orangtua, khususnya seorang ibu yang lebih sering berinteraksi dengan anak. Mungkin anda akan lebih sering membawa mereka untuk pipis di kamar mandi siang dan malam, membersihkan ompolnya di lantai, di kasur, di sofa, dan di tempat lainnya. Jauhkan perasaan kesal, marah, dan putus asa karena proses belajar ini tidaklah instan.

3. Komunikasi

Dalam proses belajar, jangan lupa untuk selalu berkomunikasi pada balita. Anda bisa menceritakan kenapa anda mulai melepas pospaknya dan belajar pipis/BAB di kamar mandi, beritahu mereka alasan kenapa harus di kamar mandi, bagaimana adab memasuki kamar mandi berserta doa masuk dan keluar kamar mandi, kenapa harus membersihkan bekas pipis/BAB, dan lainnya. Ada baiknya lakukan semua kegiatan anda dan balita sambil terus berkomunikasi.
Baca juga : Tips Membangun Komunikasi Dengan Anak Terlengkap

4. Buat suasana menjadi seru atau menarik

Balita sangat tertarik dengan kegiatan yang asik. Buat suasana yang dapat menarik perhatiannya agar bersemangat toilet training. Misalnya dengan membawa mainan kesayangannya, atau menempelkan sticker-sticker kartun kesukaannya di kamar mandi.

5. Persiapkan alat-alat yang dibutuhkan

Sediakan alat-alat seperti pel, sikat, kain lap, sabun, dll untuk membersihkan ompol atau pupnya agar hilang dari najis. Jika memungkinkan, anda bisa membelikan mereka potty chair yang lucu-lucu untuk menarik semangat toilet training balita. Pakaikan celana dalam bergambar yang disukai balita.

6. Perhatikan Jadwal dan Bahasa Tubuh Anak

Pelajari interval pipis/BAB balita mulai dari mengatur makanan atau minuman yang masuk ke dalam tubuhnya. Pelajari siklus, misalnya pipis 2 jam sekali (jika masih ngompol mungkin bisa diturunkan menjadi 1 jam sekali), dan siklus BAB misalnya setiap pagi sekitar jam 8. Perhatikan juga ekspresi atau bahasa tubuh balita. Biasanya balita punya ciri khas masing-masing ketika kebelet pipis/BAB.

7. Jangan lupa beri pujian

Beri pujian ketika mereka berhasil, seperti "Adek pinter deh...", "Mama bangga karena adek pipis di kamar mandi..". Jika mereka masih mengompol atau BAB di celana, jangan memarahi karena bisa membuat balita menjadi takut. Hal itu akan membuat proses toilet training lebih lama.

8. Konsisten

Lakukan terus menerus sampai balita memahami apa yang sedang orangtua ajarkan, jangan menyerah. Hindari kebingungan dengan mempelajari merode-metode asik untuk mengajari toilet training pada anak.

Hindari Kesalahan Ini

Selain 8 cara terseubt diatas, orangtua juga perlu memperhatikan 3 hal yang harus dihindari orangtua dalam mengajarkan toilet training pada anak, yaitu :

1. Terlalu Dini

Kalau anak diajarkan toilet training terlalu dini, kemungkinan akan gagal dan proses belajarnya menjadi lebih lama. Umumnya pada usia 18 - 24 bulan anak sudah dapat diajarkan toilet training, namun secara pastinya tidak ada yang tahu kapan awktu yang tepat untuk mengajarkan toilet training kepada anak.

Orangtualah yang lebih bisa melihat waktu yang tepat anak diajarkan toilet training dengan selalu memperhatikan perkembangan fisik, kognitif dan perilakunya. Mengajarkan toilet training membutuhkan waktu sekitar tiga bulan atau lebih sehingga orangtua harus sabar. Jika toilet training tidak sukses dijalankan dalam beberapa minggu, itu artinya anak masih belum siap, tunggu saja beberapa minggu lagi, kemudian dicoba kembali dari awal.

2. Memulai diwaktu yang salah

Hindari mengajarkan toilet training saat anak dalam waktu dekat akan memiliki adik, atau saat berganti pengasuh maupun masa peralihan dalam hidupnya karena itu adalah waktu yang tidak tepat untuk mengajarkan anak toilet training.

Untuk mengajarkan sesuatu kepada anak membutuhkan rutinitas agar anak mudah memahami apa yang diajarkan kepadanya. Jadi pilihlah waktu yang tepat untuk mengajarkan kebiasaan toilet training kepada anak.

3. Membuatnya Menjadi Beban

Saat mengajarkan toilet training pada anak, hindari paksaan dan tekanan kepada anak untuk pipis/BAB di kamar mandi. Biarkan mereka belajar pelan-pelan sesuai dengan kemampuan. Buatlah proses belajarnya menyenangkan sehingga anak menjadi tertarik untuk belajar.

4. Mengikuti Aturan Orang Lain

Orang lain boleh saja memberikan saran agar anak anda segera diajarkan cara toilet training, namun anda jangan terlalu terpengaruh, pastikan anak anda siap saat anda ingin mengajarinya toilet training.

5. Menghukum Anak

Jika anak masih menolak, jangan paksakan terlebih memarahi dan menghukumnya, kaena hal itu akan membuat anak menjadi takut untuk mencoba sesuatu. Tanggapi penolakan maupun kesalahannya dengan bijak tidak perlu dengan amarah.